Selasa, 22 Februari 2011

Tema yang Gak Ada Matinya

   Kalo mbahas masalah tema di arsitektur emang gak ada matinya. Jangankan tema, mbahas apa itu definisi dari arsitektur aja bisa berbelit-belit kalo diartikan oleh masing individu. Ternyata ada jawaban kenapa membahas seperangkat kata di atas nggak ada matinya. Yaitu karena mereka sama-sama bersifat subjektif karena berdasarkan kesan individu.
   Sebenernya gampangannya kalo mau merancang sesuatu, kita mestinya menentukan sebuah tema terlebih dahulu supaya ada yang dijadikan patokan kita dalam merancang. Tapi balik lagi, kesan yang timbul dari sebuah gagasan atau tema tersebut itu tergantung masing persepsi individu. Tema merupakan gagasan yang memiliki sejuta kemungkinan perwujudan. Wujudnya satu tapi punya sejuta nilai. Contohnya adalah bagaimana kita menilai sesuatu apabila sekelompok orang dikumpulkan kemudian ditanyai pendapat mereka tentang misal saya ambil contoh, burger (ehm, bikin laper). Taruhan, mereka banyak mengemukakan pendapat mereka mengenai burger itu pasti gak cuma satu kata. Ada yang bilang burger enak, empuk, spicy, renyah, bikin gendut, makanan orang hedon dan sebagainya. Nah, dari suatu wujud itu (burger) kan telah tercipta banyak sekali kesan. Itulah akar dari tema.
   Well, jujur saya sempat terpikir saat merancang di semester 1 kemarin menggunakan tema di setiap rancangan saya. Tapi itu semua nggak segampang yang saya kira. Saat saya sudah menentukan sebuah tema kemudian rancangan saya sudah susah-susah saya tuangkan ke sketch book A3 saya, eh, ditolak mentah-mentah sama dosen. Sakit meen rasanya. Tapi untung sudah kulino (insyaAllah). Dari situ saat mengubah rancangan, tema sudah tidak terpikirkan lagi. Yang saya pikirkan gimana agar hasil rancangan saya bisa diterima oleh dosen saya tak peduli hasil rancangan saya melenceng dari gagasan awal yang sudah saya buat, hasilnya belum tentu lebih bagus dari sebelumnya. Dan ujung-ujungnya mesti saya mengumpulkan hasil yang acc tidak acc pokoknya ngumpulin tugas. Itu satu kesalahan yang terjadi di semester lalu (semoga tidak terulang di semester selanjutnya)
     Kemudian mata saya dibukakan ketika ada seorang dosen senior nyentrik yang ikut turun di semester 2 ini yang berbicara di depan kelas, bahwa seorang mahasiswa dituntut aktif dalam menyajikan rancangannya ke dosen asistensi. selama ini saya (dan mungkin teman-teman) salah menangkap. seharusnya saat kita asistensi adalah saat dimana kita mempresentasikan hasil karya kita ke dosen. jadi kita mestinya menjelaskan dari awal gagasan muncul sampai bagaimana rancangan itu tercipta. komunikasikan apa yang sudah kamu rancang sehingga dosen tau mau kita dan kita tau mau dosen. Jadilah DALANG !
Orang yang berperan besar menghidupkan karakter-karakter wayang, karena tanpa dalang wayang itu hanya mati. 
Diam, tidak mengartikan apa-apa dan tidak menghasilkan kesan.
Alhamdulillah saya mendapatkan esensi dari matkul Perancangan Arsitektur hari ini. Be better then at PA 2 ;D amiin