Jumat, 05 Agustus 2011

Suatu Edisi Kehidupan

AKU, makhluk Tuhan, terlahir dengan sempurna sebagai manusia.
 
Sejak sebelum terbentuknya wujudku sebagai embrio, sudah tertulis di catatan Tuhan, kamu akan terlahir sebagai seseorang di (suatu) tempat (bernama) dari sepasang individu (bernama). Takdir, tidak akan Kami beritahukan sekarang. Semua akan menjadi misteri (indah) yang nantinya akan kamu ketahui. Supaya kamu senantiasa bersujud (kepada-Ku). Lantas? Sudah, tempuh saja. Ingat, kamu sudah berucap (syahadat) kepada-Ku!

AKU, pertama kali membukakan mataku di tempat fana ini, dengan tangisan suci.

Hingga kini, aku menjadi seorang yang mengeksplor siapa aku sebenarnya dan untuk apa aku dilahirkan. Aku lupa, dengan apa yang aku janjikan ke Tuhan.
Di sini, terlalu banyak godaan. Terlalu banyak kemunafikan di balik keluguan. Hingga cermin di dalam setiap individu, yang seharusnya merefleksikan, tertutup abu-abu, segalanya campur aduk jadi satu. Benar-benar tersamarkan yang benar dan salah, yang baik dan jahat, yang indah dan buruk, bahkan, yang kekal dan sementara.......

Perjalanan yang sementara ini, mungkin terasa sebentar. Sampai saat aku beringat mundur, menghitung kesalahan, dan sudah seberapa banyak dosa yang aku perbuat untuk dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Iya! Perjalanan ini sudah terlalu panjang rupanya.

Jagadhita, namaku. Ibuku, memberi nama (yang menurutku indah) sambil berdoa agar nantinya aku dapat memberi kesejahteraan untuk dunia dengan segala yang kumiliki. Diriku, keluargaku, desaku, Indonesiaku. Lugu, idealis dan berjiwa nasionalisme tinggi. Tidak rela apa yang menjadi milikku, diinjak-injak orang lain. Milikku, harga diriku. Yang tidak ikut memiliki, ya sudah, kalian tidak berhak menginjak-injak harga diriku. Apalagi di jaman sekarang. Bahkan yang ikut memiliki pun, kadang suka tidak menghargai apa yang sudah menjadi miliknya. Aku suka benci melihatnya.

Hidupku cukup memberiku pelajaran betapa berharganya milikku. Bukannya hidupku susah dan merana, BUKAAN! Aku hidup dari keluarga yang (alhamdulillah) serba berkecukupan. Hanya saja, aku berusaha selalu menyadari bahwa inilah hidupku, aku yang menjalani, aku yang memiliki dan aku menyukuri. Sekarang tinggal, apa yang aku nantinya lakukan untuk mereka yang sudah menopang hidupku sampai pada saat ini. Mereka? Siapa?

Luas, sangat luas! Pahlawan-pahlawanku. Siapa? Ya itu tadi, yang aku miliki hingga saat ini.

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar